Fenomena Thrifting: Gaya Hidup Hemat dan Ramah Lingkungan
{"aigc_info":{"aigc_label_type":0,"source_info":"dreamina"},"data":{"os":"web","product":"dreamina","exportType":"generation","pictureId":"0"},"trace_info":{"originItemId":"7544610586370329917"}}

Fenomena Thrifting: Gaya Hidup Hemat dan Ramah Lingkungan

Belanja pakaian bekas alias thrifting kini jadi tren global, terutama di kalangan anak muda. Selain murah, thrifting dianggap ramah lingkungan karena mengurangi limbah fashion.


Mengapa Thrifting Populer?

  1. Hemat Biaya – Bisa mendapatkan pakaian branded dengan harga murah.
  2. Unik & Vintage – Banyak pakaian langka yang tidak dijual di toko biasa.
  3. Ramah Lingkungan – Mengurangi produksi pakaian baru yang boros energi.
  4. Tren Sosial Media – Thrifting jadi konten populer di TikTok & Instagram.


Dampak Positif

  • Mendukung Circular Economy – Pakaian digunakan lebih lama.
  • Peluang Bisnis Baru – Banyak toko online lahir dari thrifting.
  • Ekspresi Diri – Gaya fashion lebih personal dan kreatif.


Tantangan Thrifting

  • Kualitas Barang – Tidak semua pakaian bekas layak pakai.
  • Higienitas – Perlu proses pembersihan ekstra.
  • Overhype – Kadang harga pakaian bekas justru melonjak karena tren.


Penutup:
Thrifting bukan hanya tren hemat, tapi juga bagian dari gaya hidup berkelanjutan. Dengan thrifting, kita bisa tetap stylish tanpa merusak lingkungan.