Peran Ayah Modern dalam Pengasuhan Anak

Peran Ayah Modern dalam Pengasuhan Anak

Figur ayah dalam keluarga Indonesia tengah mengalami evolusi yang signifikan. Peran ayah tradisional yang kaku, yang sering digambarkan hanya sebagai “pencari nafkah” dan figur otoritas yang berjarak, kini mulai luntur. Ayah modern dituntut—dan memilih—untuk terlibat secara aktif dalam setiap aspek pengasuhan anak, dari emosional hingga tugas domestik.

Pergeseran ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk meningkatnya kesetaraan gender, di mana banyak ibu juga bekerja. Ayah modern memahami bahwa pengasuhan adalah kerja tim. Mereka tidak lagi “membantu” istri, tetapi “turut bertanggung jawab” atas tugas-tugas seperti mengganti popok, memandikan anak, menyiapkan makanan, dan mendampingi belajar.

Peran terbesar ayah modern terletak pada keterlibatan emosional. Mereka didorong untuk menjadi pendengar yang aktif, memberikan validasi emosi, dan menjadi teladan dalam mengelola amarah dan stres. Keterlibatan ayah secara emosional terbukti memiliki dampak langsung pada perkembangan kognitif, kepercayaan diri, dan kesehatan mental anak.

Tentu saja, peran baru ini datang dengan tantangannya sendiri. Banyak ayah modern yang terjebak di antara tuntutan karir yang tinggi dan keinginan untuk “hadir” di rumah. Mereka juga harus melawan sisa-sisa stigma sosial atau ekspektasi generasi sebelumnya yang mungkin masih menganggap tugas pengasuhan sebagai domain perempuan.

Pada akhirnya, ayah modern sedang mendefinisikan ulang arti maskulinitas. Mereka membuktikan bahwa kekuatan seorang pria tidak hanya diukur dari kesuksesan finansial, tetapi juga dari kesabaran, kelembutan, dan kemampuannya untuk membangun koneksi yang dalam dengan anak-anak mereka, menciptakan generasi baru yang lebih seimbang secara emosional.